Selasa, 16 September 2014

CERPEN Cerita dalam Sekolah karya Titi Nandarwati



Namaku Titi Nandarwati, umurku 17 tahun.  Kini aku bersekolah di SMK Nurul Hikmah.  Sekolah bagiku adalah sebuah perjuangan.  Aku telah banyak melewati getir manisnya hidup demi besekolah.  Bersekolah setinggi mungkin adalah impian bagiku.  Aku sangat bersyukur karna aku  masih bisa bersekolah, sebuah kebahagiaan tiada tara bagiku.
Sejak aku lulus SMP aku bermimpi untuk bersekolah di SMK Negeri yang berkualitas.  SMKN 3 Jakarta adalah pilihanku.  Dengan dibekali nilai ujian dan tekad aku berangkat sendiri dari Bogor ke Jakarta untuk meraih impianku.  Aku telah dijanjikan oleh bibiku bahwa beliau akan menanggun biaya sekolahku sepenuhnya.  Bibiku bekerja sebagai asisten rumah tangga disebuah rumah saudaraku namun berbeda agama denganku.  Dan aku menumpang dirumahnya.
Ketika aku datang ke sekolah itu dengan tanteku yang bersedia menjadi waliku di Jakarta.  Secercah harapan bagiku ketika salah satu guru di SMKN 3 Jakarta berkata “wah anak ini mempunyai nilai yang bagus, namun kemungkinan diterima disekolah ini sangat kecil, karena sekolah hanya menerima 12% dari luar jakarta dari jumlah seluruh siswa yang diterima disini.  Nanti tanggal 15 Juli ibu berserta anak ini bisa daftar secara online dan disertai tes kesehatan dan tes buta warna”.  Sungguh senang sekaligus takut aku mendengarnya.
Tapi takdir berkata lain.  Sudah hampir 10 kali aku mencoba mendaftar namun datanya selalau vailied dikarenakan nomer yang aku pakai adalah nomer SKHUN yang seharusnya diisi dengan nomer IJAZAH.  karena waktu itu IJAZAHku belum turun dari Dinas dan akau menangis saat hari H pendaftaran di ruang Tata Usaha SMP ku tapi karena memang keterlambatan distributor jadi mau bagaimana lagi.
Keesokan harinya, pagi-pagi buta aku bergegas berangkat ke Jakarta untuk meminta dispensasi.  Ternyata dugaanku benar, peluangku sangat kecil karena aku berasal dari luar Jakarta walaupun nilai ujianku 34.00.  Sambil menangis aku dan tanteku berjalan ke sekolah selanjutnya yaitu SMK Tamansiswa 1 Jakarta.  SMK itu SMK swasta umum.  Tanteku dulu bersekolah disana.  Harapanku bersekolah di SMK Negeri karena berkualitas dan gratis hilang musnah.
Dan akhirnya tiba masa orientasi siswa di sekolah baruku, SMK Tamansiswa 1 Jakarta.  Biaya yang cukup mahal membuatku tidak ingin menyianyiakan kesempatan berharga untuk bersekolah.  Aku tidak mengenali semua murid disana, aku bagaikan itik yang kehilangan induknya.
Hari demi hari telah aku lalui, satu demi satu teman ku dapat.  Tidak perlu berlama-lama aku menyesuaikan diri karena bagiku hidup itu harus dibawa enjoy.  Tanggal 23 Oktober adalah tanggal yang bersejarah bagiku, dimana tanggal itu menjadi saksi bahwa aku mendapatkan sahabat-sahabat baru.  Raras, Egi, Tia, Indah, dan Lulu, RETTILU itu panggilan akrab kami.  Sahabat selamanya kelak menjadi julukan kami dan kami akan tunjukan itu pada dunia.

 Bukan persahabatan namanya jika tidak ada perselisihan dan kebersamaan, namun kita telah lalui semua itu dengan senyuman.  Saling melengkapi ketika ada kekurangan, membela satu sama lain dan menasehati jika salah satu dari kami ada yang berbuat kesalahan. Mereka telah menjadi pelengkap bagi kehidupanku. Disetiap hariku dipenuhi tawa saat aku bersama dengan mereka, lupa akan masalah dan kesedihan.

Di sekolah aku bisa tertawa lepas namun tidak dengan di rumah.  Aku bagaikan orang tak diharapkan di rumah, aku sadar aku hanya menumpang disana.  Hujatan, makian, dan disuruh-suruh telah menjadi makananku setiap hari.  Hingga pernah suatu ketika aku diusir dan aku tak tahu apa kesalahanku.  Sedikit demi sedikit barang-barangku aku bawa ke rumah orang tuaku di Bogor.  Aku setiap 2 minggu sekali pulang ke rumah orang tuaku.
Dengan bekal 100-200 ribu seriap 2 minggu sekali aku kembali berangkat ke Jakarta untuk bersekolah.  Namun terkadang aku mendapat uang lebih dari majikan bibiku karena aku seka membantu membereskan pekerjaan rumah.
Aku sangat bersyukur dengan prestasi-prestasiku di sekolah.  Aku mendapat juara 5 olimpiade PKN se-Jakarta Pusat, juara 1-2 kelas dan dikirim menjadi perwakilan sekolah untuk seminar memenuhi undangan dari dinas maupun perusahaan swasta krberbagai wilayah di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Pada awal pertengahan tahun 2013, satu persatu musibah terjadi.  Cici tenyoh (majikan bibiku) meninggal karena penyakit komplikasinya.  Sejak sepeninggalnya aku mulai menjadi beban orang tuaku lagi, karena uang jajanku yang berkurang.
Akhir Agustus, nenekku ikut meninggalkanku untuk selama-lamanya.  Aku tak tahu lagi harus berbuat apa.  Namun karena adanya dukungan yang kuat dari sahabat-sahabat dan pacarku, aku mampu melewati semua itu. Dan tak lama adalah saat pembagiaan raport semester gasal.  Ada kecurangan dari raportku, ada yang memanipulasinya.  Aku yang seharusnya mendapatkan juara 1 menjadi juara 2, semua itu aku ketahui dari cerita temanku yang saat itu menjadi saksi mata saat manipulasi itu terjadi.  Kesal itu yang dulu aku rasa, namun tiada upaya lagi untuk berbuat.
Libur semester gasal telah tiba, aku senang karena aku bisa pulang ke Bogor ketempat orang tuaku.  Berkumpul bersama dengan mereka adalah kerinduan yg berat bagiku.  Tapi libur kali ini tak seperti yang biasanya dan tak seperti yang aku harapkan.  Salah seorang dari anggota keluargaku pergi untuk selama-lamanya.  Orang yang sangat berjasa bagi pendidikanku selama ini telah meninggalkan ku.  Ya, ia adalah bibiku tersayang.  Beliau pergi karena penyakit komplikasi.  Derai air mata menghujani semua anggota keluarga besarku.  Aku bukanlah orang pertama yang ia sekolahkan, melaikan orang yang ke-4.
“Jangan menangis, semua itu sudah takdir. Kau pulang lagi ke rumah yah, sekolah disini bersama bapak dan mama”, itu kata-kata bapakku yang berusaha menghiburku.  Aku berkata dalam hati sambil menangis “Ya Allah jika ini sudah menjadi kehendak-Mu aku ikhlas, aku ridha.  Hamba tidak bisa berbuat apa-apa lagi, hamba tak bisa menentang ini.  Ya Allah hamba rela putus sekolah asalkan ua hamba (panggilan ke bibiku) tak menderita karena harus melawan penyakitnya dan orang tuaku tidak kesusahan hanya untuk menyekolahkan aku.  Ya Allah aku rela kerja keras demi kelurgaku bahagia.  Aku ingin seperti uaku yang tak pamrih dalam menolong”.
Saat pemakaman bibiku semua air mata tumnpah ruah mengantarkan jasad beliau keliang lahat.  Semoga beliau tenang di alam sana.
Tiba saatnya aku kembali ke sekolah, SMK Tamansiswa yang sebentar lagi tinggal kenangan.  Raut muka yang tak biasa ku lihat menempel diwajah sahabat-sahabatku. “Met, lo bener mau pindah? Lo bohong kan met! Becanda lo gak lucu tau! Lo tinggal aja sama gue yah, mama gue siap jadi walinya.  Mama gue sendiri yang bilang ama gue” ujar Lulu dengan mata mendung.  “ Met, ini udah takdir. Emang ini yang udah jadi rencana Allah, diamana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Jadi gak bisa gitu lah met J” balas aku.  “Lo gak boleh pergi pokoknya!” sahut Indah.  Kami saling berpelukan, tak ingin semuanya menjadi kenyataan.  Sakit, sedih, pilu hati ini mendengar semua kata-kata kalian, berat rasanya pergi meninggalkan kalian.
Waktu seminggu cukup bagiku untuk membereskan semua barang-barangku dan mengurus kepiundahanku.  Saat aku dan Lulu memasuki ruang pamong (guru) serentak beberapa guru bertanya kepadaku akan kebenaran kepindahanku.  “Ti kamu disini aja, jadi anak angkat bapak. Kamu tinggal sama bapak yah” ajak pak Sapto guru bahasa Indonesia sekaligus wakil kepala bagian (Wa. Kepsek).  Hanya senyum yang dapat aku balas.  Sengguh berat rasanya aku meninggalkan orang-orang yang ku saying dan menyayangiku di sekolah ini.  “Tuh met, lo jangan pindah ye, hehe:” canda Lulu, “Pea lo met, nggak lah gue tetep pindah” jawab aku meyakinkan.  Bamet adalah panggilang akrab aku kepada Lulu dan sebaliknya.
10 Januari 2014, tanggal dimana aku berpamitan dengan guru dan teman-teman kelasku, XI AK-1.  Seusai aku berpamitan dengan guru-guru, kini giliranku berpamitan dengan teman-temanku.  Saat itu sedang berlangsungnya KBM di kelas. Dan pamong (guru) yang mengajar adalah pak Marwanudin, guru pendidikan agama.  “Salam, pak saya mau meminta ijin untuk berpamitan dengan teman-teman” ujar aku sambil menghampiri pak Marwan.  Aku dinasehati sebelum berpamitan dengan teman-temanku. Dan tiba saatnya aku berpamitan dengan teman-teman.  “Semuanya, gue minta perhatiannya sebentar. Gue mau pamitan, maaf kalo selama ini gue pernah nyakitin hati kalian. Gue saying ama kalian, gue minta kalian tetep kompak yah. Kalian harus rajin belajar, guw gak mau denger kalian berantem lagi. Ok! Makasih yah bvuat semuanya” itu kata-kata terakhirku untuk teman-temanku, sambil air mata menetes tiada henti.  Semua teman-teman kelasku menangis, aku semakin tidak tega meninggalkan mereka. “Met, please lo jangan pergi, ini bangku buat lo, kita sengaja siapin buat lo” tambah Lulu dengan menangis.  Benar saja ada 1 bangku kosong disebelah Lulu.  Aku langsung menghampiri RETTILU dan memeluknya. “lo tunggu dulu yah di luar, jangan pergi dulu. Kita mau ngomong” bisik Egi, Raras dan Tia padaku.  Lalu aku bergegas pergi meninggalkan kelas.  Beberapa saat akau menunggu di luar kelas dan mereka pun datang menghampiriku dengan air mata menghiasi pipi mereka.  Mereka berpesan jangan lupakan mereka, jangan putus komunikasi dan berjanji akan bertemu suatu hari nanti.  Dan mereka mengantarkanku sampai depan gerbang.
Seminggu setelah itu, aku memulai kehidupan baru dengan sekolah baru, SMK Nurul Hikmah.  Tak mudah bagiku untuk menyesuaikan diri disana.  Banyak cibiran yang menghujaniku. Entah apa yang mereka fikirkan tentangku.  Aku masa bodoh tak peduli.  Takadku hanya untuk mencari ilmu bukan yang lain.
Selang beberapa hari aku diperintahakan oleh guruku untuk PKL di Pt. BUKAKA TEKNIK UTAMA selama 2 bulan.  Aku menjadi murid terakhir setelah Nindi dan Hamidah yang PKL. Aku selesai PKL tanggal 17 sedangkan tanggal 20 aku sidang prakerin.  Aku bingung dengan laporanku.  Untung saja ada pembimbingku dan teman-teman baruku yang bersedia membantu aku untuk menyelesaikan laporanku.  Aku menjadi murid terbaik dijurusanku saat pelaksanaan prakerin dan aku mendapatkan beasiswa 2 bulan SPP.  Sungguh hal yang tidak terduga bagiku.  Semuanya berkat rahmat dari Allah SWT.
Kini aku duduk di kelas XII AK.  Sebentar lagi aku menghadapi ujian.  Semoga perjuanganku dari awal bersekolah tidak sia-sia.  Aku tidak ingin mengecewakan keluarga, sahabat dan pacarku yang senantiasa member dorongan dan motivasi buatku.  Aku ingin menjadi pengusaha kuliner, karena bibiku adalah seorang yang cinta akan masakan dan aku akan berusaha mewujudkan mimpi beliau.